Monday, May 21, 2012

Menimbun Lemak, Bikin Umur Pendek

Padahal, kebiasaan menimbun lemak tanpa diimbangi aktivitas tinggi dan berolahraga, akan menuai penyakit jantung dan stroke. Bahkan kedua penyakit mematikan ini semakin banyak diidap orang muda usia 30an.

Di masa lalu, kita sering mendengar saudara atau kenalan yang berusia lanjut terkena serangan jantung atau stroke. Faktor usia memang ikut jadi penyebab risiko munculnya penyakit tersebut. Namun kini fakta berbicara lain, penderita jantung dan stroke semakin banyak ditemukan pada usia produktif. Alasan utama adalah akibat gaya hidup yang tidak sehat. Penyakit jantung telah lama dikenal sebagai penyakit pembunuh nomor 1 di Indonesia. Sedangkan stroke, penyebab kecacatan nomor 1 di Indonesia. Setiap 6 detik di seluruh dunia, tercatat ada 1 orang terkena stroke.

Salah satu data yang mengejutkan adalah risiko gangguan jantung dan stroke pada wanita meningkat jumlahnya. Hal ini diungkap Dr. Antonia Anna Lukito, Sp.J.FIHA.FAPSIC, FSCAI, dari Siloam Hospital yang melakukan penelitian tentang Cluster Randomized Usual Care Vs Investigation Assesing Long Term Risk yakni mengkaji hubungan hipertensi dan jantung. “Pasien wanita termuda yang pernah saya tangani untuk gangguan kardiovaskuler, berusia 35 tahun. Dia sudah dioperasi untuk pemasangan ring,” ujar Dr. Antonia.

Penyebab utama dari penyakit jantung yang kini mengincar wanita usia muda adalah gaya hidup tidak sehat. “Risiko tinggi terkena serangan jantung tak hanya mengincar para perempuan yang mengalami kelebihan bobot atau obesitas. Karena, saat ini umumnya para wanita doyan berdiet. Sayangnya, tidak diikuti dengan pola hidup sehat. Sekarang banyak perempuan yang merokok dan mengonsumsi alkohol,” tambahnya.

Pada umumnya penyakit jantung dan stroke terjadi karena ada gangguan pada pembuluh darah akibat adanya penyempitan, penyumbatan atau penumpukan zat-zat lemak yang mengurangi atau menutupi suplai darah baik ke otak maupun jantung.

KNOW YOUR NUMBER

Anda rajin berolahraga maka menganggap aman dari serangan jantung maupun stroke? Eits! Nanti dulu...Jika dalam keluarga Anda ada sejarah keturunan terkena stroke maupun serangan jantung, atau Anda menjalani high-sodium diet serta sering mengalami stres, faktor-faktor ini juga bisa memberi kontribusi besar dalam memperbesar risiko serangan. “Sebelum serangan terjadi, tidak ada gejala yang jelas, namun tekanan darah tinggi yang berkepanjangan dapat membuat masalah jika dibiarkan saja,” ujar Daniel Edmundowicz, M.D., pimpinan Departemen Kardiologi, University of Pittsburgh Medical Center, AS.

Salah satu cara paling mudah mengetahui apakah Anda berada pada risiko terkena penyakit jantung dan stroke adalah memahami 'angka-angka' pada tubuh Anda:

Tekanan Darah

120/70 atau kurang: Ideal! Tetap jaga kesehatan dan lakukan pola hidup sehat

130/90: terlalu tinggi. Segera konsultasikan ke dokter.

Kolesterol

<200 nilai yang diinginkan pada jumlah kolesterol total

>240 Laksanakan diet, pola makan yang bersih dan konsultasikan pada dokter.

Lingkar Pinggang

Pada pria >102 cm/40 inchi berisiko besar

Pada perempuan >88 cm/35 inchi berisiko besar.

KENALI DETAK JANTUNG

Banyak ahli medis menyatakan bahwa serangan jantung dan stroke sifatnya tiba-tiba dan tidak memiliki gejala yang jelas. Namun salah satu indikasi yang kerap bisa dijadikan acuan adanya gangguan risiko adalah detak jantung tak teratur atau atrial fibrillation . “Fibrilasi atrium merupakan salah satu faktor risiko utama stroke iskemik dan penderitanya memiliki risiko terkena stroke lima kali lipat dibandingkan dengan populasi umum. Jika Anda kerap merasakan detak jantung yang tak beraturan, jangan anggap remeh!” kata DR. dr. Yoga Yuniadi, SpJP dalam media briefing memperingati Hari Stroke Sedunia di Jakarta.

GEJALA MASUK ANGIN

Salah satu hal yang patut diwaspadai adalah ketika tubuh mengalami gejala: badan pegal, berkeringat dingin, mual, muntah dan sesak pada dada. Biasanya banyak yang mengira hal ini terjadi akibat 'masuk angin'. Padahal para ahli medis menyatakan hal ini merupakan indikasi awal serangan jantung atau stroke. Banyak di antara kita punya kebiasaan mengatasi masalah masuk angin dengan kerokan. Namun jika gejala nyeri terasa pada dada dan punggung, waspadailah! Bisa jadi itu tanda-tanda awal adanya gangguan kardiovaskuler. “Kerokan untuk menghilangkan masuk angin belaka pada sebagian orang memang berhasil. Namun ada hal yang harus diwaspadai adalah melakukan kerokan pada bagian leher, baik belakang, samping atau pun depan. Kerokan membuat lapisan kulit menipis dan merusak jaringan yang ada. Jika lapisan di leher menipis atau terkikis akibat kerokan malah bisa menyebabkan risiko stroke,” ujar Prof. DR. Dr. Budhi Setianto, SpJP dari Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. (fitness/wsw)

Source: Fitness Magazine, Edisi Desember 2011

No comments:

Post a Comment