Wednesday, February 13, 2013

Cerdas Bukan Hanya Otak Tetapi Juga Rasa


Kecerdasan itu anugerah, kata beberapa orang yang meyakininya. Sementara itu di sisi yang lain mengatakan bahwa kecerdasan itu bisa dilatih. Namun tidak sedikit yang mengatakan bahwa kecerdasan itu hanya dimiliki oleh mahluk hidup yang namanya manusia, jadi tidak ada orang yang tidak cerdas.

Karena sifat manusia yang ingin unggul satu diantaranya maka kecerdasan mulai diteliti dan dikembangkan. Hasilnya Charles Spearman (1904) dengan “Two Factor” teori –nya dan Thurstone, dengan “Primary Mental Abilities”-nya, menghasilkan pengelompokkan kecerdasan manusia yang kemudian dianggung-agungkan yaitu Inteligent Quotient (IQ).
Namun kekaisaran IQ runtuh manakala Daniel Goleman pada tahun 1999 mempopulerkan jenis kecerdasan yang lain yang disebut Emotional Quotient (EQ). Keberhasilan manusia tidak ditentukan oleh IQ melainkan EQ-nya.

Menurut Anthony Dio Martin, dalam artikelnya di Majalah Perduki yang berjudul ‘Meningkatkan Keuntungan perusahaan Dengan Meningkatkan EQ Para Manager’, banyak CEO ( Direktur ) perusahaan besar dan kecil yang memiliki EQ sangat rendah.
Hal tersebut di atas karena mereka dipilih untuk menduduki posisi teratas karena perusahaan tersebut ingin segera mencapai target atau mencari keuntungan sebesar-besarnya dalam waktu singkat. CEO yang seperti ini biasanya tercermin dari kejagoannya dalam membuat angka-angka statistic, pandai berbicara, dan dapat mencapai target sesuai jadwal.

Namanya Jhon Thain, salah satu CEO dengan bayaran terbesar di dunia, 83 juta dolar Amerika. Saat Merrill Lynch, perusahaan yang dipimpinya, merugi. Jhon malah minta bonus 30-40 juta dolar. Bahkan saat perusahaannya di bantu oleh Bank of America, Jhon malah membagi-bagi bonusnya kepada para eksekutifnya senilai 10 milyar dolar. Bahkan ketika banyak pegawainya di PHK, Jhon justru mendekorasi ruang kerjanya senilai 1,2 juta dolar.
Sekali lagi menurut Anthony, ciri-ciri CEO yang EQ yang rendah adalah yang memiliki self-awareness yang berlebihan. CEO kategori ini biasanya egois, memiliki self-reference tinggi (sumber acuannya adalah diri sendiri), atau dalam pikirannya selalu terdengar “Kalau menurut saya OK, berarti harus dilaksanakan, dan harus OK.”

Ciri yang berikutnya adalah self-management yang rendah. CEO yang seperti ini biasanya tidak bisa mengontrol diri sehingga jadi tampak emosional, serakah, reaktif, dan memiliki mantra “Kalau aku maunya seperti ini, ya berarti harus seperti inilah yang terjadi!”
Beberapa ciri yang lain adalah yang menyangkut social-awareness, dimana sikap yang paling menonjol adalah ketidak peduliannya pada lingkungan disekitarnya, lebih lagi kepekaannya pada perasaan orang-orang yang ada disekitarnya juga tidak dimilikinya.
CEO yang memiliki salah satu ciri di atas tentu saja akan memiliki kemampuan berempati yang rendah, sehingga listening skills-nya pun juga buruk. Tidak ada CEO yang tidak memiliki pendidikan yang tinggi, bahkan IQ nya pun tinggi, tidak berhenti belajar, sehingga kemampuan berbicaranya terasah dengan baik. Jadinya mereka termasuk talk the talk, bukan walk the talk.

Menurut Anthony, dalam bisnis tidak hanya dibutuhkan strategi bisnis, kecerdasan emosi para managernya harus menjadi keutamaan. Dan menurut Travis Bradberry, penulis buku ‘Emotional Intelligence 2.0’, “… Many CEO are being promoted for being a good financial manager, not as people managers.” Atau jangan-jangan keberadaannya menjadi CEO karena takhta bisnis atau lebih parah lagi faktor keberuntungan hidup?

Monday, February 4, 2013

Film romantis "Warm Bodies" Rajai Box Office

Bulan Februari selalu identik dengan perayaan Valentine, sehingga tak heran jika film bertemakan cinta cukup diminati di bulan ini. Buktinya, pada pekan pertama "bulan penuh cinta" kali ini, film Warm Bodies yang mengisahkan romansa antara zombie dan seorang gadis cantik berhasil memuncaki tangga box officeAmerika Serikat (AS).

Film produksi Summit Entertainment/Lionsgate Films tersebut berhasil meraup sekitar US$ 20 juta. Film yang bergenre romance-comedy-zombie (rom com zom) itu juga berhasil membuat penonton cukup jatuh jati. Penonton yang 60 persennya perempuan dan 65 berusia di bawah 25 tahun, memberi skor "B+" melalui CinemaScore. Dilansir dari laman Collider, selama lima tahun terakhir, film-film yang menguasai box office adalah film yang dekat dengan penonton perempuan. 

Sebut saja film drama romantis seperti Dear John, ataupun film musikal Hannah Montana: The Best of Both Worlds. Dengan demikian, tak heran jika Warm Bodies juga mendapat respons luar biasa dari kaum hawa. Warm Bodies bercerita tentang zombie tampan bernama R yang jatuh cinta pada seorang gadis bernama Julie Grigio. "Ini adalah gebrakan sempurna. Materinya unik - kami bahkan sempat bercanda ini adalah 'rom com zom' terbesar sepanjang sejarah. Kami membuat keputusan yang berdasar untuk menjualnya sebagai sebuah komedi romantis versus film zombie, dan itu terbayar. Strategi pemasaran kami luar biasa," ujar David Spitz selaku wakil presiden eksekutif pendistribusian Lionsgate Films.

Film ini juga memiliki peluang besar untuk bertahan di laga box office. Selain mendapat skor memuaskan dari penonton, film yang dibintangi Nicholas Hoult dan Teresa Palmer tersebut juga dinilai "segar" oleh para kritikus film. Melalui situs Rotten TomatoesWarm Bodies mendapat status "fresh" dengan skor 75 persen kritik positif. Kehadiran Warm Bodies pekan lalu sekaligus menggeser kedudukan Hansel & Gretel: Witch Hunters, yang harus turun ke posisi kedua. Di minggu keduanya, film yang mengadopsi dongeng klasik karya Brothers Grimm tersebut hanya mendapatkan US$ 9,2 juta, atau turun hingga 44 persen dari pemasukan di debutnya.

Dan Film Warm Bodies akan menjadi pengganti film epic romantis Twilight Saga. 

Bantal Ajaib Yang Bisa Mengobati Rasa Rindu



Asalasah ~ Anda sedang kangen pada seseorang tidurlah menggunakan bantal ajaib ini bantal ajaib sebagai pengobat rasa rindu anda. Bagi Anda yang menjalani long distance relationship (LDR) alias hubungan jarak jauh, alat yang satu ini akan membantu menghilangkan rasa rindu pada pasangan. Sepintas, alat ini nyaris sama dengan bantal yang biasa digunakan untuk tidur. Tapi bantal yang dinamai Pillow Talk ini akan mengeluarkan cahaya dan suara denyut jantung setiap kali pasangan Anda berbaring di atasnya.Unik Baca


Bantal Ajaib Pengobat Rasa Rindu

Seperti dicatat Jezebel, bantal ini terhubung secara wireless dengan cincin khusus yang mendeteksi detak jantung pemakainya. Saat cincin digunakan dan Anda mulai berbaring di atas bantal, bantal milik pasangan Anda yang jauh di sana akan mengeluarkan cahaya dan suara detak jantung Anda.Unik Baca

Begitu juga sebaliknya. Saat si dia memakai cincinnya dan bersiap untuk tidur, lampu sensor di dalamnya akan menyala dan mengeluarkan bunyi detak jantungnya. “Jika Anda meletakkan kepala di atas bantal, Anda akan mendengar detak jantung pasangan secara real-time,” ujar Joanna Montgomery, penemu bantal inovatif ini, seperti dikutip Huffington Post.Unik Baca

Tapi jika Anda tergolong pengidap insomnia atau mudah terbangun di malam hari, disarankan untuk tidak menggunakan Pillow Talk. Alih-alih membayangkan tidur lelap di pelukan si dia, tidur Anda justru tidak akan nyenyak karena terganggu suara detakan jantung yang keluar dari bantal.