Friday, June 27, 2014

Rothschild dan kekuasaan di Indonesia

Mengapa Prabowo ingin jadi Presiden? Tanya saya kepada teman kemarin waktu  bertemu di restoran, Metropolis Hong Kong. Teman ini saya kenal baik  karena bisnisnya ada hubungan dengan Prabowo. Bukan hanya ingin tapi berambisi. Tahu,kan , apa itu ambisi?  Sesuatu yang sangat diharapkan dan untuk itu akan diperjuangkan dengan at all cost. Katanya. Tapi apa motivasinya? Aoakah benar karena  ingin berbuat yang terbaik untuk bangsa dan negara? Tanya saya. Teman itu dengan tersenyum mengatakan kepada saya bahwa motivasi utamanya adalah karena dendam masa lalu. Yang harus diketahui bahwa Prabowo lahir dari keluarga elite dan intelek. Ayahnya Soemitro djojohadikusumo ,dikenal sebagai begawan ekonomi dan Kakeknya, Raden Mas Margono Djojohadikusumo, anggota BPUPKI, pendiri Bank Negara Indonesia dan Ketua DPA pertama. Jadi baik kakeknya maupun ayahnya adalah bangsawan dan cendekiawan. Walau masa remajanya banyak diluar negeri karena harus mengikuti ayahnya yang buronan politik Orla rezim Soekarno namun ketika berangkat dewasa Prabowo berada diring satu kekuasaan Soeharto. Karena Ayahnya, Soemitro Djojohadikusumo sebagai arsitek pembangunan Ekonomi Orde Baru , tentu sangat dipercaya oleh Soeharto. Alasan rasa hormat Soeharto kepada Soemitro lah yang meminta agar Putranya , Prabowo menjadi menantunya. Sejak itu Prabowo menjadi menantu dari orang nomor 1 di negeri ini dan berkuasa dengan sangat otoriter.  Karir Prabowo dimiliter sudah dapat ditebak. Ia menjadi raising star.Pangkatnya naik cepat dan mendapat kedudukan terhormat di Militer.

Sebagai anak bangsawan dan cendekiawan, dan tumbuh berkembang sebagai menantu Presiden ,secara psikologis telah membuat Prabowo menjadi orang yang sangat tinggi pride nya. Rasa bangga dirinya sangat tinggi. Dia tidak pernah siap untuk dilecehkan atau dikecilkan oleh orang lain. Chaos Mey 1998 yang membuat Soeharto harus lengser dan sampai kini masih menjadi awan gelap siapa dibalik chaos itu.Siapa yang paling bertanggung jawab atas chaos mey 1998? Yang pasti setelah itu Prabowo diberhentikan oleh Panglima Abri. Mungkin seumur negeri ini hanya Prabowo satu satunya Perwira Tinggi TNI yang diberhentikan oleh TNI. Namun kebijakan TNI tetap berlaku umum bahwa masalah internal TNI hanya TNI yang tahu. TNI tidak pernah membocorkan alasan pemberhentian Prabowo.Ini sudah menjadi tradisi militer,tidak hanya di Indonesia tapi juga di negara lain. Namun yang pasti pemberhentian itu berkaitan dengan dokrin TNI patuh kepada pemimpin Nasional  yang juga menjadi kehormatan bagi seluruh prajurit TNI. Justru karena pemberhentian sebagai Pati TNI itu membuat Prabowo sakit hati dengan atasannya.Namun dia tidak berdaya untuk melawan karena memang tidak punya nyali seperti Khadapi sang kolonel yang mengkodeta Raja Idris di Libia. Prabowo memilih untuk menerima dan menjauh dari hiruk pikuk politik. Dia pergi ke Yordan membantu usaha adiknya (Hashim djojohadikusumo). Kebetulan Raja Yordania, Abdullah II adalah sahabat Prabowo dulu waktu ikut training di Fort Banning yang dikenal sebagai lembaga pendidikan militer paling bergengsi di Amerika Serikat yang khusus mencetak pasukan ahli teror kota dan perang kota.

Menurut teman saya bahwa Hashim lah yang memotivasi Prabowo untuk mendirikan partai dan mencalonkan diri sebagai Presiden. Ini diajukan oleh Hashim setelah dia dijebak Sandiaga Uno dan Edwin Suryajaya ( Adik dari Edward Suryajaya,Bendahara Golkar) lewat skema Hostile Takeover dan akhirnya kalah dengan terpaksa melepas bisnis Tambang Batu Baranya di PT.Adaro. Kasus ini sempat digelar di Pengadilan Singapore dan akhirnya Hashim kalah. Hashim dendam dengan kekalahan ini. Prabowo juga dendam dengan dia tersingkir sebagai Pati TNI, dan karenanya setuju dengan ide Hashim. Mungkin faktor dendam lebih dominan.Demikian teman saya menyimpulkan. Sejak partai Garindra didirikan, Hashim bertindak sebagai financial resource bagi Prabowo.  Tahun 2009 pasangan Mega- Prabowo tidak berdaya menghadapi SBY yang didukung oleh ARB. Hashim tahu bahwa kekalahan Mega-Prabowo sama dengan kekalahannya atas Adaro. Semua karena ada harimau besar dibalik ARB yaitu Nathaniel Philip Rothschild ( Nat). Nat adalah anggota dari keluarga terkaya Yahudi. Buyutnya bernama Mayer Amschel Bauer Rothschild  merupakan penggerak utama Zeonist dan pendana terjadinya migrasi besar besaran bangsa Yahudi dari seluruh dunia kembali ke Tanah Palestina, dan akhirnya terbentuklah negara Israel. Nat sendiri dikenal sebagai konglomerat Tambang terbesar didunia. Buyutnya juga adalah pendiri Bursa emas di london dan pendiri the Fed ( Bank central Amerika). Nat didukung oleh sumber pendanaan Yahudi dari hasil menguras SDA diseluruh dunia,seperti AbuDhabi Investment Council, Schroders Investment Management Limited, Standard Life Investments, Taube Hodson Stonex LLP, Artemis Investment Management LLP, dan Robert Friedland. Menurut cerita kalangan fund manager dunia, sumber pendanaan Nat itu assetnya lebih besar dari GNP Amerika. Jadi benar benar real power.

Pada September 2012 Hashim kalipertama bertemu dengan Nat di restoran Belvedere yang berada di Holland Park, London. Pertemuan keduanya 'dicomblangi' dari teman Hashim yaitu Robert Friedland seorang konglomerat tambang AS dan pemegang saham terbesar dibeberapa lembaga keuangan di Eropa dan Amerika. Setela itu Hashim bergabung dengan Nat. Penyebabnya karena Nat bertikai dengan sohibnya ARB di Bumi Resource PLC yang listed di Bursa London.Nat menguasai saham Bumi Resouce PLC melalui anak perusahaannya bernama Vallar. Awalnya ARB dimanfaatkan oleh Nat untuk menguasai tambang batu bara di Indonesia dan karenanya Nat mendukung SBY sebagai Capres tahun 2004,dimana ARB dibelakang SBY. Keliatannya awal pertikaian antara ARB dan Nat terjadi ketika ARB telah menjadi Ketua Umum Golkar dan bermitra dengan China Investment Corporation ( CIC). ARB tidak lagi sebagai loyalis Nat karena sudah di back up oleh CIC. Dia ingin bersama CIC menguasai Tambang Batu bara di Indonesia dan mendepak  Nat di Bumi Resouce PLC, dan tentu ingin menguasai Freeport karena PT. Bumi Resource juga adalah pemegang saham Freeport. Itu sebabnya ARB menggunakan Golkar sebagai kendaraan untuk menjadi Presiden RI.  Nat tidak bisa menerima sikap ARB tersebut. Maka perang tidak bisa dielakan. Awalnya ARB tersingkir dari Bumi Plc namun ARB melawan. Setelah 13 bulan peperangan berlangsung, berakhir dengan ARB berhak menguasai kembali PT.Bumi Resource namun harus membayar sebesar 501 juta dollar AS. Mungkin karena inilah ARB harus rela mendukung Prabowo sebagai Capres. Actual winner is Rothschild Family.

Ya bagi ARB dan Hashim, kekuasaan formal tidaklah penting, yang penting adalah UANG. Dengan uang maka kekuasaan bisa diperalat. Ingat apa kata Mayer Amschel Bauer Rothschild "Give me control of a nation's money and I care not who makes it's laws". Kini Hashim dan ARB akan menjadi settlor dari Rothschild  untuk mendukung Prabowo jadi RI-1. Bersamanya juga ada barisan Partai berbendera Islam yang ikut bergabung untuk menjadi icon melawan kekuatan idiology kaum Marhaen (sosialis nasionalis). Rothschild membeli jiwa mereka semua dengan uang dan mereka loyal karena itu...tentu untuk kepentingan Rothschild, bukan kepentingan nasional apalagi kepentingan agama. Teman saya dengan sinis berkata kepada saya "  Yea I do know about the Rothschild’s. So what. What the hell is your point? You don't think that having control of the money is more power than making laws? If you control all the money do you not have the maker of laws at your disposal? The only thing you would fear is a socialist in power. Makanya PDIP harus tidak boleh berkuasa, kemenangan Jokowi adalah nightmare bagi capitalism...
Posted by

Wednesday, June 25, 2014

Anggap Saja Prabowo Presiden


Saya Mau Share tulisan seorang Teman :
KALAU tidak salah foto ini saya ambil seminggu setelah peristiwa Trisakti 1998 di Seskoad Bandung, tepatnya tanggal berapa saya lupa. Saya termasuk wartawan foto yang beruntung saat itu. Karena masa itu, Pak Prabowo sulit sekali ditemui. Dan sayapun sebenarnya dilarang meliput acara ini, tetapi entah mengapa saya bisa juga masuk. Namun sehabis mendapatkan foto ini saya langsung digiring keluar. Tidak diperbolehkam masuk lagi sampai selesai acara. Namun foto ini (dalam tulisan ini, red) karya saya. Asli saya yang memotret. Kalo Tim Kampanye Prabowo mau memakai silahkan saja. Tak perlu dibayar. Silahkan dipakai sepuasnya. Lalu apa hubungannya foto ini dengan pemilu?
Mari kita hubungkan. Yang jelas Prabowo nyapres sekarang. Masa 1998, dia adalah orang paling getol melawan pergerakan mahasiswa. Bukti, adanya Tim Mawar yang sudah diakui dan Prabowo menggerakkannya. Yah, Prabowo sekarang sudah menjalani masa hukumannya dan mempunyai hak politik untuk nyapres. Silahkan saja. Anggap aja Prabowo lolos jadi presiden.
Latar belakang dia yang ditutup dengan karir tidak baik di TNI. Lalu jadi presiden, ini akan menjadi duri dalam daging. Percayalah, jalannya pemerintah dia pegang dia tidak berjalan baik. Pemerintahan Prabowo pasti terseok seok.

Isu HAM jadi bom waktu. Bola panas yg bisa digulirkan kapan saja. Entah dari kubu siapa saja. Jangan jangan dari kubunya sendiri pun bisa. Saya percaya ini sangat bisa terjadi. Ingat peristiwa Gus Dur di suruh pulang dari Istana? Pasti tahu dong siapa yg paling getol nyuruh Gus Dur pergi dari istana. Orang itu sekarang ada di kubu Prabowo. Menjadi penasihatnya Prabowo. Tidak tertutup kemungkinan, hal ini akan terjadi. Prabowo bisa di-Gusdur-kan dalam masa setahun, dua tahun, tiga tahun. Tinggal maslaah waktu saja. Remote control itu di otak atik. Selesailah pemerintahannya. Lalu parlemen bersidang terus. Isu pemilu lagi. Demo yang pro dan kontra terus ada di jalanan. Bisa bisa setiap hari demonstrasi di jalanan protokol ibukota. Ingat, mei 1998 sampai masa akhir pemerintahannya Habibie, hampir tidak putus demontrasi tiap hari di jalanan. Semua stasiun tivi mengemas berita dalam segala hal. Mulai dari kritisi sampai dukung mendukung. Alhasil, ekonomi pasti tidak berjalan dengan baik. Investor takut masuk ke Indonesia. Uang kabur ke luar Indonesia. Rakyat tambah sengsara. Pengangguran dimana mana.

Saya tidak menakut nakuti. Tapi ini bisa menjadi agenda beberapa orang untuk membuat Indonesia tidak hebat hebat. Kita tidak tahu siapa. Tapi yang pasti, orang itu orang orang jahat. Bayangkan kamu berjalan memakai sepatu yang di dalamnya berpasir. Tinggal menunggu waktu lecet. Dan lepas itu sepatu. Nah, kalo ada orang baik mau bikin perubahan kenapa ngga kita dukung.
Sedikit tentang saya. Garis keluarga saya adalah orang PNI. Dulu Nenek saya adalah mantan wakil ketua PDI di kota kabupaten asal saya. Nenek saya bosan keluar masuk penjara. Dari umur 12 tahun saya sering dibawa ikut rapat rapat PDI. Karna saya memang cucu pertama nenek jadi sering menempellah. Pemandangan yang sangat biasa buat saya adalah orang berdebat gebrak meja lalu pulangnya berpelukan. Bahkan kampanye pun saya ikut membantu mengangkat-angkat barang. Tanpa dibayar yar. Ikut bantu bantulah. Lebih sedih lagi, ibu saya yang masa itu jadi saksi PDI di TPS kami berada. Jadi bahan olokan tetangga. Saya masih ingat ibu dan bapak saya berdoa sebelum berangkat TPS. Mereka berdoa berpelukan sambil menangis. Ngga bakal gue lupa peristiwa ini.
Alhasil, suara di TPS kami PDI hanya 2 suara saja. Pasti suara ibu dan bapak saya. Selainnya Golkar dan PPP. Ngga jarang di permainan teman teman kecilku, kalimat PDI sering terpleset PKI.Ironisnya, nenek saya yang wakil ketua saat itu dikerjain sama rekan separtai sendiri. Sengaja dikasih nomor urut gagal. Wakil Ketua lho. Nah, ini sedikit sejarah ke-Banteng-an gue. Kalo diceritain masih banyak dan panjang.

Lalu, bukan berarti asal capres PDI-P saya dukung. Bukan berarti asal kebijakan PDI-P saya setujui. Tidak sama sekali. Kalau tidak berpihak kepada rakyat, saya harus lawan. Siapapun itu. Termasuk PDI-P.

Karena pekerjaan saya fotografer, seringlah bertugas ke luar Jakarta. Suatu ketika ada pekerjaan di Solo, saya menginap hampir seminggu di Hotel Novotel Solo. Karena bosan sarapan di hotel terus, beberapa hari saya mencoba mencari sarapan di kaki lima. Lalu bertemulah saya di emperan kaki lima dengan penjual nasi liwet, Ibu Sum namanya. Tidak jauh dari Hotel Novotel Solo. Beberapa hari saya sarapan nasi liwet dia. Karena beberapa kali bertemu terjalinlah pembicaraan saya dengan Ibu Sum. Lalu jatuhlah ke topik walikota Solo yang lagi happening, Jokowi. saya bilang, saya dengar walikota ini sangat merakyat ya buu? … Tahu apa jawab Ibu Sum? “Itu nasi yang kamu makan berasnya dari Pak Jokowi to mas?” Dalam hati saya pikir kok bisa?

Kata Ibu Sum lagi, “lihat saja palingan bentar lagi dia singgahin sini lagi berasnya.” Tidak lama berselang, lewatlah sedan hitam Toyota, saya lupa plat nomor dan type sedannya. Turunlah seorang bapak yang kurus, mengangkat sekarung beras bersama sopirnya memberikan ke Ibu Sum. Lalu langsung pergi sambil mengangguk lempar senyum ke saya. Saya tidak mengenal siapa orang ini. Sayapun senyum saja. Ibu Sum menepuk saya, “itu to mas Pak Jokowi.” Air mata saya keluar seketika.

Kita Pemilu lagi ne cui. Anda tidak peduli. Atau golput. Atau nyoblos. Presiden anda harus baru. Saya tidak mau Indonesia gampang di otak-atik orang orang jahat. Indonesia masih mempunyai harapan. Indonesia masih mempunyai pemimpin yang pro rakyat. Hari ini dia nyapres, buat memimpin Indonesia yang pro rakyat: Jokowi.
Saya tidak mendewa-dewakan dia. Buat saya dia adalah sosok putra Indonesia yang benar. Dia tidak jago berpidato. Wajahnya kampungan. Tapi pikiran dan kerjanya Indonesia. Dan Indonesia. Kalo ada pemimpin tulus, jujur dan baik yang mau membereskan Indonesia, mengapa tidak didukung? Sesederhana itu aja. Mari kita anggap, Prabowo presiden. Anggap saja. 9 Juli coblos Jokowi. Salam Dua Jari.

penulis : * Peter Julio Tarigan, Storytelling Photographer, tinggal di Jakarta. Bisa dihubungi lewat twitter dan instagram @peter_julio