Wednesday, August 13, 2014
Ahmad Sahroni, Masa Kecil Tukang Semir, Jadi Sopir Tembakan Lalu Jadi President FOCI ( Ferrari Owner Club Indonesia )
NASIB orang siapa yang tahu. Kalimat itu menggambarkan kisah hidup Ahmad Sahroni, 36, yang dulu sopir pribadi, melesat cepat menjadi seorang direktur utama perusahaan yang sukses.
Malam itu Roni --panggilan Ahmad Sahroni-- tidak sungkan makan nasi goreng warung di samping kantornya. Padahal, beberapa tamu ’’antre’’ untuk bertemu dengannya. Pria kelahiran 8 Agustus 1977 itu mengaku lapar karena baru saja pulang dari Malaysia sejam sebelumnya.
’’Saya memang biasa makan di mana saja karena saya dulu juga orang biasa-biasa saja. Bukan keturunan orang kaya atau anak pejabat,’’ ujar Roni saat ditemui di kantornya, kawasan Tanjung Priok, Jakarta, pekan lalu.
Kondisi ekonomi yang pas-pasan membuat Roni tumbuh menjadi pribadi yang tidak neko-neko. Dia berprinsip tidak mau menyusahkan orang tuanya. Dia ingat ketika duduk di bangku SMP sudah mulai mencari uang sendiri dengan cara menjadi tukang semir sepatu. Hasil yang tak seberapa itu kadang digunakan untuk membeli buku tulis atau untuk membayar tiket masuk kolam renang, olahraga kesenangannya.
Selain tukang semir sepatu, anak Betawi asli ini juga mamanfaatkan payung ibunya untuk mencari uang.’’Saya jadi ojek payung kalau musim hujan,” tambahnya.
Selepas SMA, Roni langsung mencari pekerjaan di pabrik atau di kantor, namun selalu gagal. Akhirnya dia nekat menjadi sopir ’’tembakan’’ di PT Millenium Inti Sentosa --sebuah perusahaan pengisi bahan bakar minyak (BBM) untuk kapal yang ada di dekat rumahnya di Tanjung Priok. ’’Nggak ada gaji tetap, hanya dikasih uang seiklasnya saja kalau habis nganterin barang,” kata dia.
Suatu saat dia duduk-duduk di lobi kantor perusahaannya karena cuaca di luar sangat panas. Namun, seorang kerabat pemilik perusahaan tiba-tiba datang dan mengusirnya dengan kasar.
’’Sopir itu tidak di sini tempatnya, di luar sana,” ungkap Roni menirukan kalimat bos-nya.
Tanpa panjang cakap, Roni bangkit dari tempat duduknya dan keluar dari ruangan.”Saya cuma bisa ngelus dada. Ya Allah, nasib orang rendahan begini. Diusir seenaknya,” kenangnya.
Tapi, dia tidak menyimpan dendam atas perlakuan bosnya itu. Bagi dia, peristiwa itu justru menjadi cambuk untuk tidak puas hanya menjadi sopir. Di lubuk hatinya yang paling dalam, saat itu Roni bertekad untuk mengubah nasibnya. Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya bisa menjadi ’’orang besar’’ tanpa harus bersikap semena-mena kepada bawahan.
’’Sayang orang yang ngusir saya itu kini sudah meninggal. Kalau belum, pasti…,’’ kata Roni tidak melanjutkan kalimatnya. Dia kemudian tertawa.
Setelah beberapa tahun bekerja sebagai sopir di perusaahaan itu, Roni memutuskan keluar. Dia lalu bekerja di kapal pesiar Century berbendera Amerika Serikat. Dia cukup senang karena bisa ikut berlayar ke berbagai negara secara gratis.
”Pekerjaan saya waktu itu di dapur, seperti membersihkan alat-alat masak,’’ sebutnya.
Puas berlayar selama tiga bulan, Roni akhirnya rindu daratan. Dia lantas bekerja sebagai pelayan di restoran di kawasan pecinan Jakarta, Atlanta. Ditempat itu Roni mengaku tidak mendapatkan perkembangan hidup yang berarti. “Saya lantas terfikir untuk kembali ke perusahaan lama, menjadi sopir. Tapi kali ini harus belajar bagaimana bos saya mencari uang,” sambungnya.
Sambil menyelam minum air, itulah peribahasa yang diterapkannya. Selagi masih menjadi sopir bos, Roni juga belajar bagaimana perusahaan itu mencari konsumen, membeli bahan bakar, hingga proses pengisian ke kapal.”Setiap kali ada waktu saya berusaha serap ilmunya. Bahkan saya juga angkat-angkat selang (pengisian) yang beratnya 75 kilo,” tuturnya.
Di sisi lain, bosnya justru semakin tenggelam dengan kekayaan yang berlimpah. Setiap hari hidupnya hanya diisi dengan berfoya-foya menikmati hasil kerja keras anak buahnya. “Bos saya waktu itu tiap hari kerjaannya mabuk, main perempuan, tidur hotel, kerja. Besoknya lagi seperti itu, tiap hari. Sedangkan saya anter-anterin seperti kerja 24 jam,” kenang Roni.
Suatu ketika, bos menantang Roni untuk menagih piutang perusahaan senilai Rp 1,7 miliar yang sudah tidak tertagih selama tiga tahun. Padahal bosnya sudah mengerahkan pengacara, debt collector, hingga aparat. “Kompensasinya cukup menggiurkan, kalau sukses langsung diangkat jadi karyawan tetap. Itu bos langsung yang ngomong,” tandasnya.
Strategi langsung dirancang. Roni pertama-tama menemui Satpam, lalu Kepala Satpam, berlanjut ketemu staf keuangan hingga akhirnya diantar menemui Direktur Keuangan.”Dalam waktu lima hari uang itu cair, tapi dipotong 25 persen untuk fee orang dalam. Setelah itu saya langsung jadi karyawan dengan gaji Rp 265 ribu dan uang makan Rp 6.000 perhari,” katanya.
Keberhasilan pertama itu membuat bos-nya sangat mempercayai Roni. Beberapa tantangan lain akhirnya juga dapat diselesaikan dengan baik. Alhasil, dalam waktu beruntun dia mendapat promosi jabatan dengan cepat.”Tahun 2001 diangkat, 2002 jadi manager, 2003 jadi Direktur. Sangat cepat, karena saya bisa menyelesaikan beberapa pekerjaan penting,” ungkapnya.
Setelah ilmunya matang, anak penjual nasi padang di Pos 3 pelabuhan Tanjung Priok ini akhirnya memutuskan keluar pada 2004. Bersama beberapa temannya dia membuat perusahaan sendiri tanpa memiliki kantor.”Kebetulan di dekat kantor ada pohon besar, itu yang jadi kantor kita, nongkrong disitu, terima-terima telpon, transaksi dan lain-lain,” kata dia.
Meski tidak lagi bekerja di PT Millenium Inti Sentosa, namun, beberapa klien besar tetap mencari Roni dan kawan-kawannya saat ingin membeli bahan bakar kapal. Dia harus benar-benar bekerja keras untuk mengelola dan mencari keutungan.”Kalau ada yang minta berapa ribu ton (bahan bakar), saya iya-iyakan aja. Uangnya dari mana, ya minjem orang dulu,” katanya sambil tertawa.
Pernah suatu ketika, Roni bertemu seorang pengusaha kapal dari Cirebon di lapangan golf. Tanpa tahu latar belakang Roni, bagaimana perusahaannya, pengusaha tersebut langsung meminta Roni mensuplai bahan bakar senilai Rp 1,9 miliar.”Bayar cash dimuka. Padahal harusnya takutlah. Akhirnya bisa kita layani sampai akhirnya jadi klien tetap,” tukasnya.
Namun bisnisnya juga tidak luput dari penipuan. Keputusan untuk bekerjasama dengan seorang pengusaha terkenal, justru membuatnya harus menganti uang Rp 550 juta. Padahal saat itu uangnya hanya sekitar Rp 80 juta. “Saya sampai nangis karena disuruh menandatangani surat utang Rp 550 juta. Setelah itu saya berdoa semoga diberi rezeki berlipat dari itu,” harapnya.
Benar juga, dalam waktu sebulan Roni mendapatkan banyak order memasok bahan bakar kapal. Ada saja pengusaha kapal yang datang untuk meminta suplai dalam jumlah yang sangat banyak. Dia akhirnya menyadari bahwa itu semua terjadi karena kepercayaan.”Mereka bukan cari bos saya yang dulu, tapi cari saya,” ujar Direktur Utama PT Ruwanda Satya Abadi ini.
Kerja keras Roni kini terbayar. Impiannya waktu kecil memiliki koleksi mobil super jadi kenyataan. Deretan mobil mewah kini ada di garasinya, antara lain dua supercar Ferrari 430 dan Ferrari 458, satu Lamborghini Aventador LP-700, dua Toyota Alphard, dua Mercedez Benz S-Class dan E300 serta dua sedan BMW.”Saya pernah jadi Ketua club BMW,” kata suami dari Feby Belinda ini.
Bendahara Partai Nasdem DKI Jakarta ini akhirnya juga terpilih sebagai President FOCI ( Ferrari Owner Club Indonesia) yang beranggotakan 80-an pemilik mobil Ferrari se-Indonesia sejak 9 Juni 2013 lalu.”Ini bukan tugas mudah karena saya masih muda tapi harus bisa memimpin bos-bos perusahaan terkenal. Saya berjanji FOCI akan lebih banyak melakukan kegiatan sosial,” jelasnya. (*)
sumber : www.jpnn.com
Friday, June 27, 2014
Rothschild dan kekuasaan di Indonesia
Mengapa Prabowo
ingin jadi
Presiden? Tanya saya kepada teman kemarin waktu
bertemu di restoran, Metropolis Hong Kong. Teman ini saya kenal baik
karena bisnisnya ada hubungan dengan Prabowo. Bukan hanya ingin tapi
berambisi.
Tahu,kan , apa itu ambisi? Sesuatu yang
sangat diharapkan dan untuk itu akan diperjuangkan dengan at all cost. Katanya.
Tapi apa motivasinya? Aoakah benar karena
ingin berbuat yang terbaik untuk bangsa dan negara? Tanya saya. Teman
itu dengan tersenyum mengatakan kepada saya bahwa motivasi utamanya adalah
karena dendam masa lalu. Yang harus diketahui bahwa Prabowo lahir dari keluarga
elite dan intelek. Ayahnya Soemitro djojohadikusumo ,dikenal sebagai begawan
ekonomi dan Kakeknya, Raden Mas Margono Djojohadikusumo, anggota BPUPKI,
pendiri Bank Negara Indonesia dan Ketua DPA pertama. Jadi baik kakeknya maupun
ayahnya adalah bangsawan dan cendekiawan. Walau masa remajanya banyak diluar
negeri karena harus mengikuti ayahnya yang buronan politik Orla rezim Soekarno
namun ketika berangkat dewasa Prabowo berada diring satu kekuasaan Soeharto. Karena
Ayahnya, Soemitro Djojohadikusumo sebagai arsitek pembangunan Ekonomi Orde Baru
, tentu sangat dipercaya oleh Soeharto. Alasan rasa hormat Soeharto kepada
Soemitro lah yang meminta agar Putranya , Prabowo menjadi menantunya. Sejak itu
Prabowo menjadi menantu dari orang nomor 1 di negeri ini dan berkuasa dengan
sangat otoriter. Karir Prabowo dimiliter
sudah dapat ditebak. Ia menjadi raising star.Pangkatnya naik cepat dan mendapat
kedudukan terhormat di Militer.
Sebagai anak bangsawan dan
cendekiawan, dan tumbuh berkembang sebagai menantu Presiden ,secara psikologis
telah membuat Prabowo menjadi orang yang sangat tinggi pride nya. Rasa bangga
dirinya sangat tinggi. Dia tidak pernah siap untuk dilecehkan atau dikecilkan
oleh orang lain. Chaos Mey 1998 yang membuat Soeharto harus lengser dan sampai
kini masih menjadi awan gelap siapa dibalik chaos itu.Siapa yang paling
bertanggung jawab atas chaos mey 1998? Yang pasti setelah itu Prabowo
diberhentikan oleh Panglima Abri. Mungkin seumur negeri ini hanya Prabowo satu
satunya Perwira Tinggi TNI yang diberhentikan oleh TNI. Namun kebijakan TNI
tetap berlaku umum bahwa masalah internal TNI hanya TNI yang tahu. TNI tidak
pernah membocorkan alasan pemberhentian Prabowo.Ini sudah menjadi tradisi
militer,tidak hanya di Indonesia tapi juga di negara lain. Namun yang pasti
pemberhentian itu berkaitan dengan dokrin TNI patuh kepada pemimpin Nasional yang juga menjadi kehormatan bagi seluruh
prajurit TNI. Justru karena pemberhentian sebagai Pati TNI itu membuat Prabowo
sakit hati dengan atasannya.Namun dia tidak berdaya untuk melawan karena memang
tidak punya nyali seperti Khadapi sang kolonel yang mengkodeta Raja Idris di
Libia. Prabowo memilih untuk menerima dan menjauh dari hiruk pikuk politik. Dia pergi
ke Yordan membantu usaha adiknya (Hashim djojohadikusumo). Kebetulan Raja
Yordania, Abdullah II adalah sahabat Prabowo dulu waktu ikut training di Fort
Banning yang dikenal sebagai lembaga pendidikan militer paling bergengsi di
Amerika Serikat yang khusus mencetak pasukan ahli teror kota dan perang kota.
Menurut teman saya bahwa Hashim lah yang memotivasi Prabowo untuk mendirikan partai dan mencalonkan diri sebagai
Presiden. Ini diajukan oleh Hashim setelah dia dijebak Sandiaga Uno dan Edwin Suryajaya ( Adik dari Edward Suryajaya,Bendahara Golkar) lewat skema Hostile Takeover dan
akhirnya kalah dengan
terpaksa melepas bisnis Tambang Batu Baranya di PT.Adaro. Kasus ini
sempat digelar di Pengadilan Singapore dan
akhirnya Hashim kalah. Hashim dendam dengan kekalahan ini. Prabowo juga
dendam
dengan dia tersingkir sebagai Pati TNI, dan karenanya setuju dengan ide
Hashim. Mungkin faktor dendam lebih dominan.Demikian teman saya
menyimpulkan. Sejak partai Garindra didirikan, Hashim bertindak sebagai
financial resource bagi Prabowo. Tahun
2009 pasangan Mega- Prabowo tidak berdaya
menghadapi SBY yang didukung oleh ARB. Hashim tahu bahwa kekalahan
Mega-Prabowo sama dengan kekalahannya atas
Adaro. Semua karena ada harimau besar dibalik ARB yaitu Nathaniel Philip
Rothschild ( Nat). Nat adalah anggota dari keluarga terkaya Yahudi. Buyutnya
bernama Mayer Amschel Bauer Rothschild merupakan penggerak utama Zeonist dan pendana terjadinya migrasi
besar besaran bangsa Yahudi dari seluruh dunia kembali ke Tanah Palestina, dan
akhirnya terbentuklah negara Israel. Nat sendiri dikenal sebagai konglomerat
Tambang terbesar didunia. Buyutnya juga adalah pendiri Bursa emas di london dan
pendiri the Fed ( Bank central Amerika). Nat didukung oleh sumber pendanaan
Yahudi dari hasil menguras SDA diseluruh dunia,seperti AbuDhabi Investment
Council, Schroders Investment Management Limited, Standard Life Investments,
Taube Hodson Stonex LLP, Artemis Investment Management LLP, dan Robert
Friedland. Menurut cerita kalangan fund manager dunia, sumber pendanaan Nat itu
assetnya lebih besar dari GNP Amerika. Jadi benar benar real power.
Pada September 2012 Hashim kalipertama bertemu
dengan Nat di restoran Belvedere yang berada di Holland Park,
London. Pertemuan keduanya 'dicomblangi' dari teman Hashim yaitu Robert
Friedland seorang konglomerat tambang AS dan pemegang saham terbesar
dibeberapa
lembaga keuangan di Eropa dan Amerika. Setela itu Hashim bergabung
dengan Nat.
Penyebabnya karena Nat bertikai dengan sohibnya ARB di Bumi Resource PLC
yang listed di Bursa London.Nat menguasai
saham Bumi Resouce PLC melalui anak perusahaannya bernama Vallar.
Awalnya ARB
dimanfaatkan oleh Nat untuk menguasai tambang batu bara di Indonesia dan
karenanya Nat mendukung SBY sebagai Capres tahun 2004,dimana ARB
dibelakang SBY.
Keliatannya awal pertikaian antara ARB dan Nat terjadi ketika ARB telah
menjadi
Ketua Umum Golkar dan bermitra dengan China Investment Corporation (
CIC). ARB tidak lagi sebagai loyalis Nat karena sudah di back up oleh
CIC. Dia ingin bersama CIC menguasai Tambang Batu bara di Indonesia dan
mendepak Nat di Bumi Resouce PLC, dan tentu ingin
menguasai Freeport karena PT. Bumi Resource juga adalah pemegang saham
Freeport.
Itu sebabnya ARB menggunakan Golkar sebagai kendaraan untuk menjadi
Presiden
RI. Nat tidak bisa menerima sikap ARB
tersebut. Maka perang tidak bisa dielakan. Awalnya ARB tersingkir dari
Bumi Plc
namun ARB melawan. Setelah 13 bulan peperangan berlangsung, berakhir
dengan ARB berhak menguasai kembali PT.Bumi Resource namun harus
membayar sebesar 501 juta dollar AS. Mungkin karena inilah ARB harus
rela
mendukung Prabowo sebagai Capres. Actual winner is Rothschild Family.
Ya bagi ARB dan Hashim, kekuasaan
formal tidaklah penting, yang penting adalah UANG. Dengan uang maka kekuasaan
bisa diperalat. Ingat apa kata Mayer Amschel Bauer Rothschild "Give me
control of a nation's money and I care not who makes it's laws". Kini
Hashim dan ARB akan menjadi settlor dari Rothschild untuk
mendukung Prabowo jadi
RI-1. Bersamanya juga ada barisan Partai berbendera Islam yang ikut
bergabung untuk menjadi icon
melawan kekuatan idiology kaum Marhaen (sosialis nasionalis). Rothschild
membeli jiwa mereka semua dengan uang dan mereka loyal karena
itu...tentu untuk kepentingan Rothschild, bukan
kepentingan nasional apalagi kepentingan agama. Teman saya dengan sinis
berkata kepada saya " Yea I do know about the Rothschild’s. So what.
What the hell is your point? You don't think that having control of the
money is more power than making laws? If you control all the money do
you not have the maker of laws at your disposal? The only thing you
would fear is a socialist in power. Makanya PDIP harus tidak boleh
berkuasa, kemenangan Jokowi adalah nightmare bagi capitalism...
Posted 24th May by Erizeli Bandaro
Wednesday, June 25, 2014
Anggap Saja Prabowo Presiden
Saya Mau Share tulisan seorang Teman :
KALAU tidak salah foto ini saya
ambil seminggu setelah peristiwa Trisakti 1998 di Seskoad Bandung,
tepatnya tanggal berapa saya lupa. Saya termasuk wartawan foto yang
beruntung saat itu. Karena masa itu, Pak Prabowo sulit sekali ditemui.
Dan sayapun sebenarnya dilarang meliput acara ini, tetapi entah mengapa
saya bisa juga masuk. Namun sehabis mendapatkan foto ini saya langsung
digiring keluar. Tidak diperbolehkam masuk lagi sampai selesai acara.
Namun foto ini (dalam tulisan ini, red) karya saya. Asli saya yang
memotret. Kalo Tim Kampanye Prabowo mau memakai silahkan saja. Tak perlu
dibayar. Silahkan dipakai sepuasnya.
Lalu apa hubungannya foto ini dengan pemilu?
Mari kita hubungkan. Yang jelas Prabowo nyapres sekarang. Masa 1998, dia adalah orang paling getol melawan pergerakan mahasiswa. Bukti, adanya Tim Mawar yang sudah diakui dan Prabowo menggerakkannya. Yah, Prabowo sekarang sudah menjalani masa hukumannya dan mempunyai hak politik untuk nyapres. Silahkan saja. Anggap aja Prabowo lolos jadi presiden.
Latar belakang dia yang ditutup dengan karir tidak baik di TNI. Lalu jadi presiden, ini akan menjadi duri dalam daging. Percayalah, jalannya pemerintah dia pegang dia tidak berjalan baik. Pemerintahan Prabowo pasti terseok seok.
Isu HAM jadi bom waktu. Bola panas yg bisa digulirkan kapan saja. Entah dari kubu siapa saja. Jangan jangan dari kubunya sendiri pun bisa. Saya percaya ini sangat bisa terjadi. Ingat peristiwa Gus Dur di suruh pulang dari Istana? Pasti tahu dong siapa yg paling getol nyuruh Gus Dur pergi dari istana. Orang itu sekarang ada di kubu Prabowo. Menjadi penasihatnya Prabowo. Tidak tertutup kemungkinan, hal ini akan terjadi. Prabowo bisa di-Gusdur-kan dalam masa setahun, dua tahun, tiga tahun. Tinggal maslaah waktu saja. Remote control itu di otak atik. Selesailah pemerintahannya. Lalu parlemen bersidang terus. Isu pemilu lagi. Demo yang pro dan kontra terus ada di jalanan. Bisa bisa setiap hari demonstrasi di jalanan protokol ibukota. Ingat, mei 1998 sampai masa akhir pemerintahannya Habibie, hampir tidak putus demontrasi tiap hari di jalanan. Semua stasiun tivi mengemas berita dalam segala hal. Mulai dari kritisi sampai dukung mendukung. Alhasil, ekonomi pasti tidak berjalan dengan baik. Investor takut masuk ke Indonesia. Uang kabur ke luar Indonesia. Rakyat tambah sengsara. Pengangguran dimana mana.
Saya tidak menakut nakuti. Tapi ini bisa menjadi agenda beberapa orang untuk membuat Indonesia tidak hebat hebat. Kita tidak tahu siapa. Tapi yang pasti, orang itu orang orang jahat. Bayangkan kamu berjalan memakai sepatu yang di dalamnya berpasir. Tinggal menunggu waktu lecet. Dan lepas itu sepatu. Nah, kalo ada orang baik mau bikin perubahan kenapa ngga kita dukung.
Sedikit tentang saya. Garis keluarga saya adalah orang PNI. Dulu Nenek saya adalah mantan wakil ketua PDI di kota kabupaten asal saya. Nenek saya bosan keluar masuk penjara. Dari umur 12 tahun saya sering dibawa ikut rapat rapat PDI. Karna saya memang cucu pertama nenek jadi sering menempellah. Pemandangan yang sangat biasa buat saya adalah orang berdebat gebrak meja lalu pulangnya berpelukan. Bahkan kampanye pun saya ikut membantu mengangkat-angkat barang. Tanpa dibayar yar. Ikut bantu bantulah. Lebih sedih lagi, ibu saya yang masa itu jadi saksi PDI di TPS kami berada. Jadi bahan olokan tetangga. Saya masih ingat ibu dan bapak saya berdoa sebelum berangkat TPS. Mereka berdoa berpelukan sambil menangis. Ngga bakal gue lupa peristiwa ini.
Alhasil, suara di TPS kami PDI hanya 2 suara saja. Pasti suara ibu dan bapak saya. Selainnya Golkar dan PPP. Ngga jarang di permainan teman teman kecilku, kalimat PDI sering terpleset PKI.Ironisnya, nenek saya yang wakil ketua saat itu dikerjain sama rekan separtai sendiri. Sengaja dikasih nomor urut gagal. Wakil Ketua lho. Nah, ini sedikit sejarah ke-Banteng-an gue. Kalo diceritain masih banyak dan panjang.
Lalu, bukan berarti asal capres PDI-P saya dukung. Bukan berarti asal kebijakan PDI-P saya setujui. Tidak sama sekali. Kalau tidak berpihak kepada rakyat, saya harus lawan. Siapapun itu. Termasuk PDI-P.
Karena pekerjaan saya fotografer, seringlah bertugas ke luar Jakarta. Suatu ketika ada pekerjaan di Solo, saya menginap hampir seminggu di Hotel Novotel Solo. Karena bosan sarapan di hotel terus, beberapa hari saya mencoba mencari sarapan di kaki lima. Lalu bertemulah saya di emperan kaki lima dengan penjual nasi liwet, Ibu Sum namanya. Tidak jauh dari Hotel Novotel Solo. Beberapa hari saya sarapan nasi liwet dia. Karena beberapa kali bertemu terjalinlah pembicaraan saya dengan Ibu Sum. Lalu jatuhlah ke topik walikota Solo yang lagi happening, Jokowi. saya bilang, saya dengar walikota ini sangat merakyat ya buu? … Tahu apa jawab Ibu Sum? “Itu nasi yang kamu makan berasnya dari Pak Jokowi to mas?” Dalam hati saya pikir kok bisa?
Kata Ibu Sum lagi, “lihat saja palingan bentar lagi dia singgahin sini lagi berasnya.” Tidak lama berselang, lewatlah sedan hitam Toyota, saya lupa plat nomor dan type sedannya. Turunlah seorang bapak yang kurus, mengangkat sekarung beras bersama sopirnya memberikan ke Ibu Sum. Lalu langsung pergi sambil mengangguk lempar senyum ke saya. Saya tidak mengenal siapa orang ini. Sayapun senyum saja. Ibu Sum menepuk saya, “itu to mas Pak Jokowi.” Air mata saya keluar seketika.
Kita Pemilu lagi ne cui. Anda tidak peduli. Atau golput. Atau nyoblos. Presiden anda harus baru. Saya tidak mau Indonesia gampang di otak-atik orang orang jahat. Indonesia masih mempunyai harapan. Indonesia masih mempunyai pemimpin yang pro rakyat. Hari ini dia nyapres, buat memimpin Indonesia yang pro rakyat: Jokowi.
Saya tidak mendewa-dewakan dia. Buat saya dia adalah sosok putra Indonesia yang benar. Dia tidak jago berpidato. Wajahnya kampungan. Tapi pikiran dan kerjanya Indonesia. Dan Indonesia. Kalo ada pemimpin tulus, jujur dan baik yang mau membereskan Indonesia, mengapa tidak didukung? Sesederhana itu aja. Mari kita anggap, Prabowo presiden. Anggap saja. 9 Juli coblos Jokowi. Salam Dua Jari.
penulis : * Peter Julio Tarigan, Storytelling Photographer, tinggal di Jakarta. Bisa dihubungi lewat twitter dan instagram @peter_julio
Mari kita hubungkan. Yang jelas Prabowo nyapres sekarang. Masa 1998, dia adalah orang paling getol melawan pergerakan mahasiswa. Bukti, adanya Tim Mawar yang sudah diakui dan Prabowo menggerakkannya. Yah, Prabowo sekarang sudah menjalani masa hukumannya dan mempunyai hak politik untuk nyapres. Silahkan saja. Anggap aja Prabowo lolos jadi presiden.
Latar belakang dia yang ditutup dengan karir tidak baik di TNI. Lalu jadi presiden, ini akan menjadi duri dalam daging. Percayalah, jalannya pemerintah dia pegang dia tidak berjalan baik. Pemerintahan Prabowo pasti terseok seok.
Isu HAM jadi bom waktu. Bola panas yg bisa digulirkan kapan saja. Entah dari kubu siapa saja. Jangan jangan dari kubunya sendiri pun bisa. Saya percaya ini sangat bisa terjadi. Ingat peristiwa Gus Dur di suruh pulang dari Istana? Pasti tahu dong siapa yg paling getol nyuruh Gus Dur pergi dari istana. Orang itu sekarang ada di kubu Prabowo. Menjadi penasihatnya Prabowo. Tidak tertutup kemungkinan, hal ini akan terjadi. Prabowo bisa di-Gusdur-kan dalam masa setahun, dua tahun, tiga tahun. Tinggal maslaah waktu saja. Remote control itu di otak atik. Selesailah pemerintahannya. Lalu parlemen bersidang terus. Isu pemilu lagi. Demo yang pro dan kontra terus ada di jalanan. Bisa bisa setiap hari demonstrasi di jalanan protokol ibukota. Ingat, mei 1998 sampai masa akhir pemerintahannya Habibie, hampir tidak putus demontrasi tiap hari di jalanan. Semua stasiun tivi mengemas berita dalam segala hal. Mulai dari kritisi sampai dukung mendukung. Alhasil, ekonomi pasti tidak berjalan dengan baik. Investor takut masuk ke Indonesia. Uang kabur ke luar Indonesia. Rakyat tambah sengsara. Pengangguran dimana mana.
Saya tidak menakut nakuti. Tapi ini bisa menjadi agenda beberapa orang untuk membuat Indonesia tidak hebat hebat. Kita tidak tahu siapa. Tapi yang pasti, orang itu orang orang jahat. Bayangkan kamu berjalan memakai sepatu yang di dalamnya berpasir. Tinggal menunggu waktu lecet. Dan lepas itu sepatu. Nah, kalo ada orang baik mau bikin perubahan kenapa ngga kita dukung.
Sedikit tentang saya. Garis keluarga saya adalah orang PNI. Dulu Nenek saya adalah mantan wakil ketua PDI di kota kabupaten asal saya. Nenek saya bosan keluar masuk penjara. Dari umur 12 tahun saya sering dibawa ikut rapat rapat PDI. Karna saya memang cucu pertama nenek jadi sering menempellah. Pemandangan yang sangat biasa buat saya adalah orang berdebat gebrak meja lalu pulangnya berpelukan. Bahkan kampanye pun saya ikut membantu mengangkat-angkat barang. Tanpa dibayar yar. Ikut bantu bantulah. Lebih sedih lagi, ibu saya yang masa itu jadi saksi PDI di TPS kami berada. Jadi bahan olokan tetangga. Saya masih ingat ibu dan bapak saya berdoa sebelum berangkat TPS. Mereka berdoa berpelukan sambil menangis. Ngga bakal gue lupa peristiwa ini.
Alhasil, suara di TPS kami PDI hanya 2 suara saja. Pasti suara ibu dan bapak saya. Selainnya Golkar dan PPP. Ngga jarang di permainan teman teman kecilku, kalimat PDI sering terpleset PKI.Ironisnya, nenek saya yang wakil ketua saat itu dikerjain sama rekan separtai sendiri. Sengaja dikasih nomor urut gagal. Wakil Ketua lho. Nah, ini sedikit sejarah ke-Banteng-an gue. Kalo diceritain masih banyak dan panjang.
Lalu, bukan berarti asal capres PDI-P saya dukung. Bukan berarti asal kebijakan PDI-P saya setujui. Tidak sama sekali. Kalau tidak berpihak kepada rakyat, saya harus lawan. Siapapun itu. Termasuk PDI-P.
Karena pekerjaan saya fotografer, seringlah bertugas ke luar Jakarta. Suatu ketika ada pekerjaan di Solo, saya menginap hampir seminggu di Hotel Novotel Solo. Karena bosan sarapan di hotel terus, beberapa hari saya mencoba mencari sarapan di kaki lima. Lalu bertemulah saya di emperan kaki lima dengan penjual nasi liwet, Ibu Sum namanya. Tidak jauh dari Hotel Novotel Solo. Beberapa hari saya sarapan nasi liwet dia. Karena beberapa kali bertemu terjalinlah pembicaraan saya dengan Ibu Sum. Lalu jatuhlah ke topik walikota Solo yang lagi happening, Jokowi. saya bilang, saya dengar walikota ini sangat merakyat ya buu? … Tahu apa jawab Ibu Sum? “Itu nasi yang kamu makan berasnya dari Pak Jokowi to mas?” Dalam hati saya pikir kok bisa?
Kata Ibu Sum lagi, “lihat saja palingan bentar lagi dia singgahin sini lagi berasnya.” Tidak lama berselang, lewatlah sedan hitam Toyota, saya lupa plat nomor dan type sedannya. Turunlah seorang bapak yang kurus, mengangkat sekarung beras bersama sopirnya memberikan ke Ibu Sum. Lalu langsung pergi sambil mengangguk lempar senyum ke saya. Saya tidak mengenal siapa orang ini. Sayapun senyum saja. Ibu Sum menepuk saya, “itu to mas Pak Jokowi.” Air mata saya keluar seketika.
Kita Pemilu lagi ne cui. Anda tidak peduli. Atau golput. Atau nyoblos. Presiden anda harus baru. Saya tidak mau Indonesia gampang di otak-atik orang orang jahat. Indonesia masih mempunyai harapan. Indonesia masih mempunyai pemimpin yang pro rakyat. Hari ini dia nyapres, buat memimpin Indonesia yang pro rakyat: Jokowi.
Saya tidak mendewa-dewakan dia. Buat saya dia adalah sosok putra Indonesia yang benar. Dia tidak jago berpidato. Wajahnya kampungan. Tapi pikiran dan kerjanya Indonesia. Dan Indonesia. Kalo ada pemimpin tulus, jujur dan baik yang mau membereskan Indonesia, mengapa tidak didukung? Sesederhana itu aja. Mari kita anggap, Prabowo presiden. Anggap saja. 9 Juli coblos Jokowi. Salam Dua Jari.
penulis : * Peter Julio Tarigan, Storytelling Photographer, tinggal di Jakarta. Bisa dihubungi lewat twitter dan instagram @peter_julio
Subscribe to:
Posts (Atom)