Masih ingat film layar lebar Wall Street yang dibintangi Michale Douglas, Charlie Seen dan Daryl Hannah? Film yang diproduksi pada 1987 ini mengisahkan kehidupan seputar pekerjaan sebagai pialang, yang dibumbui dengan kisah romantis.
Kisah dunia Pialang ini pula yang akan diangkat oleh PT Garuda Nusantara Sinema dan akan memproduksi film Sang Pialang. Meski baru melakukan syuting, film ini optimistis dapat diterima masyarakat luas. Apalagi bermain saham di bursa efek maupun melalui e-trading atau onlinetrading saat ini tengah booming.
Para ibu rumah tangga juga sudah mulai banyak yang melirik untuk bermain saham dengan modal paling kecil Film ini juga membuka rasio tentang cara pikir orang-orang yang mengatur ekonomi dunia, berharganya waktu, dan berbahayanya meramal atau berspekulasi. Satu yang terpenting dan terutama yang ingin disampaikan dalam film ini adalah mindset di sinilah orang-orang menggenggam roda ekonomi dunia.
Bukan hanya itu, soal gambling bukan tujuan utama dari mereka yang menekuni bidang ini. Mengedukasi masyarakat mengenai seluk beluk soal membeli dan menjual saham, menyebarluaskan pemahaman cara bermain saham yang benar, akan Anda lihat dalam film arahan sutradara Asad Amar. Asad menjelaskan dalam film ini sepenuhnya mengambil seting kehidupan pekerja para pialang dibumbui dengan kisah cinta romantis.
Terdapat lima sahabat yang semuanya adalah para pialang. Namun, ada karakter seorang yang sangat ‘lurus’ mengikuti aturan main di bursa. Ada juga seorang yang senang ‘menabrak’ pakem yang ada dalam peraturan kesehariannya. Aroma percintaan juga tak lepas dari cinta segitiga dari lima sahabat tersebut. Dukungan BEI Selain dengan film, Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mencari jalan lain untuk mengedukasi masyarakat mengenai pasar bursa saham.
Belum lama ini Muslimat NU bekerjasama dengan Bursa Efek Indonesia menyelenggarakan seminar tentang bagaimana peran bermain saham. BEI memberikan edukasi kepada Muslimat Nahdlatul Ulama tentang pasar modal agar tidak terjebak dalam investasi “bodong” (kosong). Edukasi itu untuk memberikan hal yang mendasar bagi anggota muslimat mengenai perencanaan keuangan, selain itu juga agar tidak ada masyarakat yang terjebak dalam investasi ‘bodong’ seperti Koperasi Langit Biru.
Melalui film ini diharapkan masyarakat luas lebih mengerti lagi tentang permainan saham yang menjadi roda ekonomi sebuah negara. Realisasi Film berlatar belakang pialang sebenarnya sudah tercetus sejak 2007. Sangat kebetulan ketua Asosiasi Profesi Pasar Modal Indonesia (APPMI) Saidu Solihin berteman baik dengan sang sutradara Asad Amar. Penggagas film ini yang juga pelaku di bursa saham sangat ingin memberikan ilmunya kepada masyarakat mengenai pasar saham Indonesia.
Apalagi ia pernah menonton film Wall Street, Money Never Sleep. Sebuah kebetulan juga, Saidu dan Asad pernah sama-sama satu sekolah dan tercetuslah ide untuk membuat ‘Wall Street’ ala Indonesia. Sejak ide ini ada, keduanya mulai memikirkan penulis skenario yang kuat dengan risetnya. Lantaran film ini penuh dengan teknis dan sarat muatan edukasinya, Asad tidak ingin sekadar mengambil penulis. Terpikirkan nama Monty Tiwa, sayangnya sedang sibuk. Meski begitu akhirnya Monty memenuhi keinginan Asad de-ngan menuliskan skenario film ini secara tim. Persoalan bukan sekadar mencari penulis, tapi juga pendana yang akan membiayai film ini.
Beberapa kali sudah ada korporat yang mau mendanainya, terutama pada tahun 2007. Sayang perusahaan tersebut mengundurka diri dan mulailah baik Saidu dan Asad membuat paket sponsor de-ngan menawarkan ke beberapa perusahaan sekuritas baik lokal maupun asing. Usaha keduanya tidak sia-sia, mereka lantas mendapat kepercayaan dari para pendonor. Pada November 2010 sebagai produser dan sutradara, Asad lantas berhasil meyakinkan investor dan bahkan mendapat dukungan penuh dari Bursa Efek Indonesia.
Sederet nama-nama artis hadir dalam film ini, seperti Christian Sugiono, Kamidia Radisti, Ferry Salim, Piere Gruno, Abimana Aryasatya, Slamet Rahardjo, Albien Filindo, Lukman Sardi, Merizza Febriani serta Tio Pakusadewo. Untuk me-merankan tokoh-tokoh dalam fim ini tentu saja Asad memiliki intuisi tinggi dan aktor tersebut dituntut bukan sekadar ganteng tapi juga cerdas. Untuk itu, selama proses reading dan workshop para pemainnya melakukan observasi dan bergaul dengan pialang. “Mencari pemain susah-susah gampang. Ada pemain yang berkarakter dan cocok, terbentur dengan jadwal syuting. “ Untuk merealisasikan yang saat ini sedang melakukan syu-ting ini, pihak produser menargetkan biaya sekitar Rp4,5 miliar.
Saat ini seluruh awak film tengah menjalani syuting yang dijadwalkan berakhir hinggga 20 Juli. Anda penasaran menyaksikan film ini, silakan bersabar hingga bulan November Sang Pialang siap dipasarkan. (*)
liat Trailer nya :
No comments:
Post a Comment