Padahal, kebiasaan menimbun lemak tanpa diimbangi aktivitas tinggi dan
berolahraga, akan menuai penyakit jantung dan stroke. Bahkan kedua
penyakit mematikan ini semakin banyak diidap orang muda usia 30an.
Di
masa lalu, kita sering mendengar saudara atau kenalan yang berusia
lanjut terkena serangan jantung atau stroke. Faktor usia memang ikut
jadi penyebab risiko munculnya penyakit tersebut. Namun kini fakta
berbicara lain, penderita jantung dan stroke semakin banyak ditemukan
pada usia produktif. Alasan utama adalah akibat gaya hidup yang tidak
sehat. Penyakit jantung telah lama dikenal sebagai penyakit pembunuh
nomor 1 di Indonesia. Sedangkan stroke, penyebab kecacatan nomor 1 di
Indonesia. Setiap 6 detik di seluruh dunia, tercatat ada 1 orang
terkena stroke.
Salah satu data yang mengejutkan adalah risiko
gangguan jantung dan stroke pada wanita meningkat jumlahnya. Hal ini
diungkap Dr. Antonia Anna Lukito, Sp.J.FIHA.FAPSIC, FSCAI, dari Siloam
Hospital yang melakukan penelitian tentang Cluster Randomized Usual
Care Vs Investigation Assesing Long Term Risk yakni mengkaji hubungan
hipertensi dan jantung. “Pasien wanita termuda yang pernah saya tangani
untuk gangguan kardiovaskuler, berusia 35 tahun. Dia sudah dioperasi
untuk pemasangan ring,” ujar Dr. Antonia.
Penyebab utama dari
penyakit jantung yang kini mengincar wanita usia muda adalah gaya hidup
tidak sehat. “Risiko tinggi terkena serangan jantung tak hanya
mengincar para perempuan yang mengalami kelebihan bobot atau obesitas.
Karena, saat ini umumnya para wanita doyan berdiet. Sayangnya, tidak
diikuti dengan pola hidup sehat. Sekarang banyak perempuan yang merokok
dan mengonsumsi alkohol,” tambahnya.
Pada umumnya penyakit
jantung dan stroke terjadi karena ada gangguan pada pembuluh darah
akibat adanya penyempitan, penyumbatan atau penumpukan zat-zat lemak
yang mengurangi atau menutupi suplai darah baik ke otak maupun jantung.
KNOW YOUR NUMBER
Anda
rajin berolahraga maka menganggap aman dari serangan jantung maupun
stroke? Eits! Nanti dulu...Jika dalam keluarga Anda ada sejarah
keturunan terkena stroke maupun serangan jantung, atau Anda menjalani
high-sodium diet serta sering mengalami stres, faktor-faktor ini juga
bisa memberi kontribusi besar dalam memperbesar risiko serangan.
“Sebelum serangan terjadi, tidak ada gejala yang jelas, namun tekanan
darah tinggi yang berkepanjangan dapat membuat masalah jika dibiarkan
saja,” ujar Daniel Edmundowicz, M.D., pimpinan Departemen Kardiologi,
University of Pittsburgh Medical Center, AS.
Salah satu cara
paling mudah mengetahui apakah Anda berada pada risiko terkena penyakit
jantung dan stroke adalah memahami 'angka-angka' pada tubuh Anda:
Tekanan Darah
120/70 atau kurang: Ideal! Tetap jaga kesehatan dan lakukan pola hidup sehat
130/90: terlalu tinggi. Segera konsultasikan ke dokter.
Kolesterol
<200 nilai yang diinginkan pada jumlah kolesterol total
>240 Laksanakan diet, pola makan yang bersih dan konsultasikan pada dokter.
Lingkar Pinggang
Pada pria >102 cm/40 inchi berisiko besar
Pada perempuan >88 cm/35 inchi berisiko besar.
KENALI DETAK JANTUNG
Banyak
ahli medis menyatakan bahwa serangan jantung dan stroke sifatnya
tiba-tiba dan tidak memiliki gejala yang jelas. Namun salah satu
indikasi yang kerap bisa dijadikan acuan adanya gangguan risiko adalah
detak jantung tak teratur atau atrial fibrillation . “Fibrilasi atrium
merupakan salah satu faktor risiko utama stroke iskemik dan
penderitanya memiliki risiko terkena stroke lima kali lipat
dibandingkan dengan populasi umum. Jika Anda kerap merasakan detak
jantung yang tak beraturan, jangan anggap remeh!” kata DR. dr. Yoga
Yuniadi, SpJP dalam media briefing memperingati Hari Stroke Sedunia di
Jakarta.
GEJALA MASUK ANGIN
Salah satu hal
yang patut diwaspadai adalah ketika tubuh mengalami gejala: badan
pegal, berkeringat dingin, mual, muntah dan sesak pada dada. Biasanya
banyak yang mengira hal ini terjadi akibat 'masuk angin'. Padahal para
ahli medis menyatakan hal ini merupakan indikasi awal serangan jantung
atau stroke. Banyak di antara kita punya kebiasaan mengatasi masalah
masuk angin dengan kerokan. Namun jika gejala nyeri terasa pada dada
dan punggung, waspadailah! Bisa jadi itu tanda-tanda awal adanya
gangguan kardiovaskuler. “Kerokan untuk menghilangkan masuk angin
belaka pada sebagian orang memang berhasil. Namun ada hal yang harus
diwaspadai adalah melakukan kerokan pada bagian leher, baik belakang,
samping atau pun depan. Kerokan membuat lapisan kulit menipis dan
merusak jaringan yang ada. Jika lapisan di leher menipis atau terkikis
akibat kerokan malah bisa menyebabkan risiko stroke,” ujar Prof. DR.
Dr. Budhi Setianto, SpJP dari Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta.
(fitness/wsw)
Source: Fitness Magazine, Edisi Desember 2011
No comments:
Post a Comment