Bisakah Trading For Living ?
By : Ellen May, Dimuat di kolom ”Smart Traders Not Gamblers” Kontan 19 Mei 2012
Saya sering sekali menerima pertanyan seperti judul diatas, “bisakah saya melakukan trading for a living ? Sebelum menjawab pertanyaan itu, mari kita pahami apa itu trading for a living. Mengapa trading for a living populer ? Mengapa banyak yang ingin trading for a living ? Haruskah melakukan trading for a living ?
Secara harafiah, trading for a living berarti melakukan aktivitas beli dan jual instrumen investasi, entah itu berupa saham, valuta, ataupun komoditas dan asilnya dugunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Aktivitas trading for a living menarik, karena memberikan kebebasan waktu dan tempat. Pelaku trading for living memikat banyak orang berikut apa saja yang perlu disiapkan oleh mereka yang ingin trading for a living.
Menghitung biaya hidup setiap bulan, trading for a living berarti trading untuk memenuhi kebutuhan hidup, Jadi, sebelum bertindak lebih jauh, trader harus menghitung biaya hidupnya setiap bulan. Trader yang menikah, atau hanya menghidupi dirinya sendiri, membutuhkan biaya hidup yang lebih kecil daripada trader yang sudah berkeluarga tentu harus memikirkan biaya, termasuk biaya darurat.
Trader juga harus menghitung berapa yang harus didapat, hingga bisa memenuhi kebutuhan hidup sekaligus investasi. Ambil contoh, biaya hidup anda per bula Rp 5.000.000 berarti anda harus memperoleh penghasilan lebih dari Rp 5 juta per bulan. Sisa itu untuk diinvestasikan kembali atau biaya darurat.
Cek kemampuan trading anda selama beberapa bulan, sebelum memulai trading for a living.
Berapa persen rata-rata keuntungan anda hasilkan setiap bulannya? Untuk trader pemula, sudah sangat bagus jika bisa menghasilkan rata-rata keuntungan sebesar 5% per bulan.
Cek modal yang dimiliki. Anda tahu berapa rupiah yang harus anda kumpulkan per bulan untuk memenuhi target kebutuhan hidup. Anda juga tahu bisa menghasilkan rata-rata profit per bulan. Dari kedua variabel itu anda bisa menghitung kebutuhan modal.
Dalam contoh diatas, kebutuhan biaya hidup Anda adalah 5 juta, dan kemampuan mencetak profit adalah 5%, berarti modal yang Anda butuhkan adalah Rp 5 juta dibagi 5% atau Rp 100 juta. Perlu dicatat, itu modal untuk menutup kebutuhan hidup.
Jika ingin mendapat lebih, supaya bisa diinvestasikan ulang atau menyiapkan biaya untuk hal-hal darurat, anda harus bisa menghasilkan lebih dari Rp 5 juta.
Ketiga unsur diatas meski terlihat sederhana, namun sangat riskan jika satu saja tidak terpenuhi.
Bagaimana jika trader tidak bisa menghasilkan profit dalam nilai sebesar dengan biaya hidup sebulan ?
Pertama Anda bisa menekan biaya hidup. Jika masih lajang, penghematan tentu mudah. Namun berbeda ceritanya, jika Anda sudah berkeluarga. Tidak mungkin Anda menghemat biaya kesehatan, biaya pendidikan atau biaya darurat.
Faktor kedua yang sangat penting adalahh skill. Jika Anda berkomitmen menjalani trading for a living, sangat penting mempelajari strateginya. Trader memahami analisa teknikal, money management dan psikologi trading, fundamental juga perlu sebagai pelengkap.
Jika skill udah oke, namun modal belum memadai untuk menghasilkan nominal tersebut, apa yang harus dilakukan ? Kembali kecontoh diatas, bagaimana jika si trader tidak memiliki modal sebesar Rp 100 juta ?
Mungkin ada yang menjawab, meminjam saudara atau teman, namun sangat tidak disarankan menjalankan trading dengan uang pinjaman. Trading seharusnya menggunakan uang “sisa” atau dana “menganggur”, yang tidak tidak dibutuhkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Memaksakan diri untuk trading for a living ibarat perang dengan membawa senapan tanpa peluru. Mungkin Anda bisa mencetak profit, namun tidak akan mecukupi kebutuhan sehari-hari.
Akibatnya emosi Anda terpancing karena ada hal yang mendesak yang mengharuskan anda untuk menghasilkan profit. Situasi ini membuat Anda menjadi tidak objektif ! Trading dengan uang pinjaman membuat faktor psikologis yang jauh lebih besar.
Bagaimana jika ternyata target trading sebulan tidak terpenuhi ? Trader yang berniat untuk trading for a livinghendaknya sudah mempunyai dana darurat. Ini adalah dana yang di alokasikan untuk keperluan-keperluan yang mendadak dan penting. Bukan dana untuk sekedar berlibur atau untuk bersenang-senang. Dana ini disiapkan untuk kejadian yang tidak diantisipasi, seperti sakit atau kecelakaan.
Besar biaya darurat biasanya dihitung dengan asumsi sekian kali biaya hidup bulanan. Ambil contoh, biaya darurat untuk seorang lajang bisa diasumsikan sebesar tiga kali biaya hidup bulanan.
Lalu untuk yang menikah dan belum punya anak, setara dengan 5 kali biaya hidup bulanan. Untuk mereka yang sudah menikah dan memiliki 1 anak setara 7 kali biaya hidup bulanan. Dan memiliki 2 anak atau lebih dana darurat setara dengan 10 kali dari biaya hidup bulanan.
Menyediakan dana darurat kelihatannya sepele, namun penting karena tidak ada sesuatu yang pasti di pasar.
Jadi jawaban untuk pertanyaan “trading for a living” bisakah ? Ditentukan oleh pribadi yang bertanya. Apakah anda sudah memperhitungkan semua faktor diatas?
Salam profit,
Ellen May @pakarsaham
No comments:
Post a Comment