Vemale.com - Oleh: EW Andayani
Sergio sangat menikmati hidup, sebisa mungkin dia tidak membuat hidupnya sulit dan menderita. Moto Sergio, hidup di dunia hanya sekali, jangan dibuat susah! Dia sangat bersemangat dalam hidup, dan tidak mau dibatasi oleh berbagai aturan terutama yang menyangkut gaya hidup sehat.
Duduk bermain video game memang lebih mengasyikkan daripada badan pegal-pegal dan letih karena olahraga, meskipun sebenarnya olahraga membuat tubuh lebih bugar dan bersemangat dalam hidup sehari-hari. Potato chips berbungkus-bungkus juga lebih menarik untuk disantap ketimbang buah-buahan yang harus dikupas dulu dan berasa manis-manis-hambar. Apalagi sayur! Mengapa harus menyantap sayur yang pahit-getir dan berserat jika makanan olahan seperti sosis, nugget dan mie instan bisa memberi rasa yang enak dan mudah untuk dibuat?
Lebih parah lagi menyangkut alkohol, rokok dan bahkan zat adiktif, Sergio sama sekali tidak peduli dengan larangan yang diperkuat dengan penjelasan tentang berbagai efek buruknya pada kesehatan. Suatu kali, Sergio terlibat dalam pembicaraan tentang hidup-mati dengan temannya.
"Aku akan segera berhenti dan mulai hidup sehat. Aku tidak mau mati muda," si teman bertutur.
"Ah, hidup mati itu udah ada yang ngatur! Tuh, temanmu, ga ngapa-ngapain juga mati muda," jawab Sergio.
Duduk bermain video game memang lebih mengasyikkan daripada badan pegal-pegal dan letih karena olahraga, meskipun sebenarnya olahraga membuat tubuh lebih bugar dan bersemangat dalam hidup sehari-hari. Potato chips berbungkus-bungkus juga lebih menarik untuk disantap ketimbang buah-buahan yang harus dikupas dulu dan berasa manis-manis-hambar. Apalagi sayur! Mengapa harus menyantap sayur yang pahit-getir dan berserat jika makanan olahan seperti sosis, nugget dan mie instan bisa memberi rasa yang enak dan mudah untuk dibuat?
Lebih parah lagi menyangkut alkohol, rokok dan bahkan zat adiktif, Sergio sama sekali tidak peduli dengan larangan yang diperkuat dengan penjelasan tentang berbagai efek buruknya pada kesehatan. Suatu kali, Sergio terlibat dalam pembicaraan tentang hidup-mati dengan temannya.
"Aku akan segera berhenti dan mulai hidup sehat. Aku tidak mau mati muda," si teman bertutur.
"Ah, hidup mati itu udah ada yang ngatur! Tuh, temanmu, ga ngapa-ngapain juga mati muda," jawab Sergio.
" Kamu mati karena tubuhmu tidak lagi kuat menjadi wadah bagi jiwamu."
Teman Sergio memilih tidak membantah, dan hanya bertutur dia tetap ingin berhenti. Semua teman-temannya sudah tahu Sergio tidak akan bersusah payah untuk 'memperpanjang' umur karena dia yakin umur seseorang tidak ada hubungannya dengan itu. Ketimbang bersusah payah dan tetap mati muda, lebih baik bersenang-senang saja. Jika mati muda, setidaknya kamu sudah menjalaninya dengan senang; jika berumur panjang, artinya bisa bersenang-senang lebih lama lagi!
Tak disangka di usia yang masih belum genap 40 tahun, Sergio meninggal. Teman-temannya sangat kehilangan sosok yang penuh kebebasan ini, tapi mereka yakin Sergio berbahagia telah menjalani hidup seperti yang dia inginkan. Sementara itu, arwahnya melayang ke alam setelah kematian. Sergio tidak pernah menyakiti orang lain atau pun berbuat kriminal, dia yakin arwahnya akan tenang di apa yang disebut surga.
Namun sesampainya di gerbang batas, penjaga alam sana memeriksa daftar orang-orang yang harus berpulang. Nama Sergio tidak ada di sana. Dia diminta kembali ke dunia hingga tiba saatnya. Sergio kebingungan mengapa dia ditolak dan harus gentayangan di dunia nyata. Seperti halnya di dunia, Sergio membantah penjaga itu dengan bersikeras bahwa waktunya di dunia sudah habis karena Tuhan sudah mencabut nyawanya, bagaimana bisa penjaga itu bilang belum saatnya bagi Sergio untuk berpulang?
Sebelum memudar penjaga itu menjawab,
"Kamu mati karena tubuhmu tidak lagi kuat menjadi wadah bagi jiwamu. Seharusnya saat ini kau masih hidup, Sergio, jika kau rawat dan jaga tubuhmu dengan baik. Masa hidupmu masih berpuluh tahun lagi. Kini karena tubuhmu telah rusak, maka jiwamu harus bergentayangan hingga tiba waktunya."
No comments:
Post a Comment