Tuesday, April 3, 2012

Tren Kehidupan Modern: Hidup Melajang (Solois)


Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan hidup bersama. Namun, seiring perubahan zaman yang kian maju, ada fenomena sosial yang menjadi tren terkini, yaitu hidup melajang.

Angka orang yang hidup melajang di usia matang dan mapan melaju pesat. Pakar mencatat, pertama kalinya dalam sejarah manusia, jumlah mereka yang memutuskan melajang semakin banyak, di segala tempat dan usia.

Menurut perusahaan riset pasar Euromonitor International, angka para lajang meroket secara global, naik dari sekitar 153 juta di tahun 1996 menjadi 277 juta orang pada 2011. Peningkatannya sebanyak 55 persen dalam 15 tahun.

Di Amerika Serikat, orang-orang yang hidup sendiri lebih banyak di kalangan wanita: sekitar 18 juta, dibandingkan dengan 14 juta pria. Sebagian besar lajang berusia 35-64 tahun. Berbeda dengan pendahulunya, mayoritas pelaku kehidupan solo adalah mereka yang berbaur di kota metropolitan.

Hingga paruh kedua abad terakhir, banyak yang menikah di usia muda dan hanya dipisahkan kematian. Sementara saat ini, banyak yang menunda menikah bahkan bertekad menjalani kehidupan sebagai seorang lajang sejati.

Negara Lajang Terbesar
Seperti dikutip dari Guardian, Swedia adalah negara dengan penduduk terbanyak yang menjalani hidup sendiri daripada negara lainnya. Sebanyak 47 persen rumah di negara ini hanya memiliki satu penghuni, diikuti oleh Norwegia sebesar 40 persen.

Di Jepang, sekitar 30 persen dari seluruh rumah tangga memiliki penghuni tunggal, dan angkanya jauh lebih tinggi di perkotaan. Sementara China, India dan Brazil merupakan negara-negara dengan pertumbuhan tercepat dalam kasus ini.

Alasan Jadi Solois Kehidupan
Munculnya fenomena hidup solo menghasilkan manfaat sosial yang signifikan, antara lain partisipasi pada kehidupan sosial. Para solois kehidupan cenderung menghabiskan uang, bersosialisasi dan aktif merevitalisasi kehidupan publik kota.
Kesejahteraan berkat kemajuan ekonomi jaminan sosial memungkinkan banyak orang memilih berdikari tanpa seorang teman hidup. Itulah satu alasan mengapa lebih banyak orang hidup sendirian dibandingkan sebelumnya: mereka mapan.
Walau demikian, ekonomi hanyalah salah satu bagian dari teka-teki ini. (Rieke Saraswati)

• VIVAnews

No comments:

Post a Comment